Seleksi Pejabat Publik di Era Umar bin Khatab

Memilih Pemimpin Gaya Umar Bin Khatab

Oleh: Nasruloh Baksolahar 

Liku-liku Umar Bin Khatab memilih pemimpin. Semoga kelak lahir pemimpin yang kuat dan amanah di Nusantara ini.

Mengenal calon pemimpin dengan mengajaknya makan bersama, perjalanan bersama, dan bertransaksi uang. Begitulah cara alami membongkar kedok seseorang gaya  Umar Bin Khatab. Umar Bin Khatab tak silau dengan rajinnya shalat, puasa dan baca Al Quran seseorang. Karena itu berkaitan dengan kesolehan pribadi bukan kesolehan sosial dan bukan pula ukuran kapabelitas kepemimpinan dan manajemen. Menjadi pemimpin bukan sekedar kesholehan pribadi, dia bertanggungjawab terhadap umat. Ini dilakukan Umar terhadap Ahnaf bin Qais.

Bila Umar Bin Khatab sedang membidik calon pemimpin, dia akan mengirimkan utusannya. Memberikan sejumlah uang. Lalu sang utusan memperhatikan bagaimana orang yang dibidik menggunakan uang tersebut. Bila digunakan untuk diri dan keluarganya, maka dicoret dari calon pemimpin. Bila uangnya dibagi-bagikan ke fakir miskin, maka diangkalah dia sebagai walikota atau gubernur dan jabatan lainnya.

Sang penjaga rahasia Rasulullah saw selalu menjadi penasihat dalam menentukan kelayakan calon pemimpin. Huzaifah selalu dimintai pendapat. Apakah yang akan diangkat termasuk kategori munafik? Berjanji diingkari, amanah dikhianati, berkata didustai. Karakter munafik memang tak layak menjadi pemimpin. Bukankah orang munafik di masa Rasulullah saw pun shalatnya dekat dengan Rasulullah saw? Jadi perlu pendekatan lain untuk mengukur calon kepemimpinan.

Umar Bin Khatab belajar pada Rasulullah saw saat menolak Abu Dzar Ghifari yang meminta posisi kepemimpinan. Abu Dzar Ghifari memang orang yang sholeh tetapi lemah secara kepribadian. Orang yang lemah tak memiliki prinsip, mudah terombang-ambing, lemah untuk mewujudkan impiannya dan tak bisa mengelola. Jadi kesholehan harus ditopang juga dengan kekuatan karakter untuk layak menjadi pemimpin.

Bagaimana Umar Bin Khatab menilai kasih sayang calon pejabatnya pada rakyat? Lihatlah interaksi pada anak dan istrinya. Umar Bin Khatab pernah membatalkan jabatan seseorang karena orang yang akan diangkat berprilaku kasar terhadap anak dan istrinya. Bila kepada anaknya saja keras dan tidak peduli bagaimana terhadap rakyatnya? Inilah kejelian melihat yang kecil terhadap efek yang sangat luas.

Bila ada dua orang yang beriman, maka Umar Bin Khatab memilih pejabat yang lebih berilmu.  Orang yang berilmu akan lebih menguasai pekerjaannya. Tidak mudah ditipu oleh orang yang sesat dan yang mengikuti hawa nafsu. Orang yang paham tentang keburukan akan diprioritaskan agar pada saat menjabat tidak jatuh pada keburukan.

Umar Bin Khatab sangat jeli dalam memilih para Walikota dan Gubernurnya. Salah satu tanda kasih sayang Allah terhadap pemimpin adalah terpilihnya dan dikelilinginya dengan orang-orang terbaik secara agama dan kemampuannya. Pemimpin yang dipilih Umar Bin Khatab bisa bertahan hingga di era Ali bin Abi Thalib. Itulah kejeniusan Umar Bin Khatab dalam memilih pejabatnya.

Kehancuran para pemimpin diawali dengan tidak tepatnya memilih pejabat dan bawahannya. Umar Bin Khatab telah mengajarkannya.

0 Komentar