Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (2)

Jalinan Kerajaan Budha Sriwijaya dengan Kekhalifahan Islam (2)

Sriwijaya tempat persinggahan duta diplomatik dan pedagang muslim dari Timur Tengah ke Timur Jauh (Cina). Sriwijaya juga pusat terkemuka keilmuan Budha di Nusantara. Banyak penuntut Ilmu dan penziarah Budha bermukim di Sriwijaya selama bertahun-tahun untuk mempelajari dan menerjemahkan teks keagamaan sebelum berangkat ke India.

Pada sisi lain, Sriwijaya juga kerajaan kosmopolitan. Banyak kapal Arab dan Persia yang muslim yang singgah dan bertempat tinggal di Sriwijaya. Jadi saat itu, segmen tertentu dari rakyat
 Sriwijaya telah berinteraksi dengan kaum Muslimin yang datang dari Timur Tengah, dan dalam batas tertentu sudah mengenal ajaran Islam.

Berdasarkan Al-Ramhurmuzi dalam Aja'ib Al-Hindi, mengisyaratkan terdapat sejumlah muslim pribumi di kalangan penduduk asli Sriwijaya sendiri. Menurut Chau Ju-Ka, "Sejumlah besar penduduk Sriwijaya memiliki nama awal P'u yang berasal dari Bu singkatan dari Abu (Bapak) yang terdapat dalam banyak nama pribadi orang Muslimin.

Pada 293H/904M, penguasa Sriwijaya mengirimkan utusannya bernama P'u Ho-li atau P'u Ho-su (Abu Ali atau Abu Husain) ke Istana Tang. Mereka kepala orang asing di Sriwijaya, besar kemungkinan seorang Muslim dari Timur Tengah.

Walaupun Sriwijaya sebuah kerajaan Budha, namun beberapa utusannya ke Cina ada yang muslim juga. Sumber Cina menginformasikan kemunculan utusan dari penguasa Sriwijaya yang muslim antara paruh ke dua abad ke-10 dan penggalan abad ke-12.

Duta-Duta muslim utusan resmi kerajaanSriwijaya ke Cina yang disebutkan dalam Sung Shih. 962M, Wakil Duta Li A-mu (Ali Muhammad). 971M, Duta Li Ho-mu (Ali Muhammad. 975M, Duta P'u T'o-han (Abu Adam). 980M, Utusan Dagang Li Fu-Hui (Abu Hayyah). 985M, Pemilik Kapal Chin-hua-ch'a (Hakim Khwajat). Hingga tahun 1. 155M, Duta muslim yang diutus olah penguasa Sriwijaya terus berdatangan.

Keberadaan Muslimin di kerajaan Sriwijaya memiliki dua peran besar yaitu meramaikan perdagangan dan mewakili Sriwijaya dengan dunia luar, Barat dan Timur. Kepercayaan Sriwijaya kepada Muslim menyebabkan pengangkatan mereka menjadi duta resmi kerajaan.

(Bersambung)

Sumber:
1. Diringkas dari Buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad ke 17-18, Prof Dr Azyumardi Azra, Kencana 2007)
2. Sejarah Umat Islam, Buya Hamka, GIP 2016.

0 Komentar