Gua Secang Dalam Perang Jawa

Kehebatan Gua Secang Bagi Pangeran Diponegoro 

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bila ke Candi Prambanan, antara Klaten-Jogyakarta, singgahlah ke istana Ratu Boko.  Kita akan mendapatkan sebuah reruntuhan istana di atas sebuah bukit. Apa yang menarik? Bagi saya, sebuah gua yang ada di Istana Ratu Boko? Dalam Istana ada gua?

Di gua itu sang raja bersemedi. Sang raja menggali kejernihan hati, jiwa dan pemikirannya. Untuk mengatur roda kekuasaannya dengan keadilan dan kebijaksanaan.

Bila menelisik sejarah Pangeran Diponegoro, maka nama Gua Secang di bukit Selarong di daerah Bantul Selatan Yogyakarta menjadi tak terpisahkan. Apa hubungan gua di Istana Ratu Boko dan Gua Secang di bukit Selarong? Disinilah kekuatan berasal. Disinilah awal kebijaksanaan tumbuh tersebar. Disinilah keadilan tercipta. Di sebuah lorong yang tersembunyi, inilah jiwa sebuah kerajaan.

Kharisma dan aura keagungan para pemimpin tidak lahir dari kemegahan istana dan prajuritnya. Aura itu muncul dari jiwanya sang raja. Aura itu muncul dari cara berfikir, berbicara dan keputusannya. Senjata paling ampuh sang raja adalah keadilan dan kebijaksanaannya. Keduanya, bisa menaklukan musuh untuk bekerjasama dan ketaatan dari para aparat dan rakyatnya.

Kenalkah dengan Puntadewa atau Yudistira dalam Pandawa Lima dalam pewayangan? Adakah ilmu kedigdayaan dan kanuragan padanya? Tidak pernah ada. Menurut para dalang, darah Puntadewa tidaklah merah tetapi putih. Tak memiliki hasrat pada kekuasaan dan dunia, tetapi justru menggenggam kerajaan. Dan seluruh ksatria Pandawa Lima menaubatkan dia sebagai raja. Mengapa? Dia memiliki keadilan dan kebijaksanaan. Darimana sumbernya? Jimat Kalumasadat atau dua kalimat syahadat. Kekuatan yang terhubung kepada Allah dan Rasulullah saw.

Di dalam gua, para raja menarik diri dari keriuhan persoalan dunia. Dari dalam gua, para raja mengasingkan diri dari rutinitas segala kesibukan dunia. Dari gua inilah para raja mendapatkan wangsit dari langit, jalan keluar dari langit, jiwanya terkoneksi kepada penggenggam kehidupan.

Dari Gua Secang di bukit Selarong, Pangeran Diponegoro berbicara kepada dirinya, tentang rakyatnya, tentang keangkaramurkaan VOC Belanda. Dan yang lebih penting mempertanyakan dirinya sendiri mengenai motif-motif di lubuk hati yang paling dalam serta membersihkan dirinya dari segala macam pamrih dan ambisi terselubung. Menciptakan keikhlasan sebelum berkiprah dan mengambil keputusan. Seperti itulah awal dimulainya perang Jawa.

Aspek yang menonjol dalam perang Jawa adalah menegakkan Islam sebagai agama suci, mengusir orang-orang yang tidak percaya pada kebenaran Islam dan mengangkat raja baru yang berdiri tegar dan bertindak tegas sebagai pengatur pelaksanaan ajaran Islam. Begitulah Peter Carey mengutipnya dari buku Malangyuda GWJ Drewes.

Dari Gua Secang di bukit Selaronglah semua persiapan jiwa dan raga disiapkan oleh Pangeran Diponegoro. Dari Gua Secanglah Pangeran Diponegoro menata hati, lalu menggemakan perang Sabil yang seluruh tanah Jawa. Dari Gua Secanglah, keambrukan VOC dimulai. Seratus tahun kemudian, 1830 ke 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya. Dalam seratus tahun Allah akan mengirimkan para Pembaharu-Nya. Mungkinkah itu Pangeran Diponegoro yang berawal dari Gua Secang di bukit Selarong?

0 Komentar